Logistik, utamanya beras masih aman hingga satu bulan ke depan. Uang lauk pauk masih ada, tetapi akan mengajukan lagi ke Propinsi lewat Pak Gembong (BPDB, hadir dalam rapat). Senin-Selasa kemarin warga gotong royong membuat tanggul di rumah-rumah di Sirahan. Kabupaten membantu menyediakan karung-karung goni.
Kerusakan rumah masih sama dengan minggu sebelumnya, namun jembatan bertambah lagi yang terputus (lihat lampiran).
Huntara:
Sisa dana untuk 103 huntara belum turun dari dari BPBD dan Pak Eko minta kepada Pak Gembong untuk mempercepat. Warga di Jumoyo sudah menyatakan membutuhkan dan mau tinggal di huntara. Untuk Warga Sirahan, belum mendapatkan lahan untuk huntara. Jika tetap di desa Sirahan, hanya tinggal 2 dusun yang tidak kena banjir, tetapi kalau di desa lain, terlalu jauh. Sedangkan pengungsi di Panti Asuhan Muhammadiyah hanya 8 jiwa (2KK) dan pasti membutuhkan huntara karena rumahnya hanyut. Selain pemerintah, GP Ansor telah membangun 18 unit huntara di Gondosuli untuk pengungsi mandiri.
Rotary menawarkan prototype huntara yang dibangun dalam waktu 6 jam dengan biaya 5 juta dan menggunakan bahan lokal. Tawaran ini sedang dipertimbangkan pemerintah, dan pemerintah masih membuka jika ada pihak lain yang mau membantu (rancangan, rencana kerja, dll).
Kesehatan:
Sudah ada pemberian susu dan/atau Makanan tambahan untuk ibu hami. Namun pelayanan khusus untuk ibu menyusui belum ada. Makanan khusus untuk balita dan lansia juga tidak ada.
Petugas kesehatan piket di tiap TPS tetapi biaya operasional saat ini tidak mencukupi. Anggaran Dinas Kesehatan sudah habis waktu erupsi, karena itu PemKab akan mencoba minta dana dari Propinsi. Sedangkan data rinci pengungsi yang setiap hari diperbarui belum diinformasikan/diserahkan ke Posko induk.
Renaksi Rehab-Rekon:
Pemaparan dari Bappeda untuk rencana aksi buku 1 (akibat erupsi). Kendala penyusunan Renaksi buku 1 ada pada pembagian sumber daya, mana yang harus ditanggung Kabupaten, mana yang Propinsi dan mana yang Pemerintah Pusat. Kabupaten tidak mampu menanggulangi sendiri. Misalnya untuk penyediaan benih dan pupuk, jika dilihat dari anggaran yang dibuat, kemampuan Kabupaten baru 10% dari kebutuhan. Karena itu, SKPD yang sudah punya kepastian anggaran segera memberikan ke Bappeda. Untuk bagian “data kejadian bencana”, Bappeda minta Kesbang memeriksa dan menyuntingnya. Dari data kerusakan dan kerugian, diambil prioritas yang menimbulkan kerugian paling besar.
Renaksi jilid 2 (akibat banjir lahar), SKPD diminta segera menyusun data kerusakan dan kerugian per 9 Februari 2011 dan diserahkan kepada Widya/Bappeda selambat-lambatnya tanggal 12 Februari 2011. Format data sudah dibagikan oleh Widya, dan sudah beberapa SKPD mengembalikan, namun masih ada yang mengembalikan dengan formatnya sendiri. Hal ini sangat menyulitkan Bappeda menyusun dan menyatukannya.
Pariwisata/situs purbakala:
Kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur dan candi lain belum bisa pulih jika aksek jalan ke tempat-tempat tersebut masih sulit. Candi lain, Candi Ngaso sudah terendam pasir setinggi 2 meter.
Pada tanggal 2 Januari 2011, Dinas Pariwisata telah melakukan pengecekan terhadap candi Lumbung di Desa Sengi, Kecamatan Sawangan. Kondisinya mengkhawatirkan karena tanah dibawahnya terancam tergerus banjir lahar (Candi berada di atas tebing dengan ketinggian sekitar 20 meter dari permukaan sungai Pabelan). Talud sungai Pabelan di bawah candi sudah jebol. Jika candi amblas, kerugian materi bisa ratusan juta.
Dinas Pariwisata (BP3) belum menemukan solusi untuk menanggulangi masalah ini. Apakah mungkin dilakukan pergeseran tempat candi ke tempat yang aman atau di bagian bawah (badan sungai yang terus melebar) yang harus dilakukan sesuatu.
Di Magelang tercatat ada 53 situs candi dan ada sekitar 400 benda cagar budaya yang ini semua harus diselamatkan.
Perhubungan:
Dinas Perhubungan telah melakukan pengecekan terhadap beberapa sungai yang dialiri oleh aliran lahar dan jembatan yang dilaluinya seperti di Kali Senowo dan kali Lamat (Kali Lamat, di dasar jembatan sudah tidak ada tahanan). S elain itu juga telah meninjau jalur jembatan yang dilalui oleh lahar dingin dan mengecek kekuatan penyangga jembatan terhadap alatalat transportasi yang melewatinya.
Evakuasi warga dari banjir lahar tidak bisa menggunakan roda 4. Hanya bisa menggunakan perahu karet (tanpa motor) yang diikat dan ditarik tali, namun perahu yang diharapkan dari BPBD belum datang.
Tantangan: membatasi jenis kendaraan (tonase) yang melewati jembatan dan/atau jalan alternatif dan mengawasinya karena jika tengah malam seringkali truk dan kendaraan besar tidak menghiraukan larangan.
Pendidikan:
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sedapat mungkin harus terus dijalankan. Untuk TK yang hilang dan rusak, pendidikan dilaksanakan di rumah-rumah warga. Untuk SD yang terdampak, dilakukan re-group. Sedangkan untuk SMKN 1 Salam, KBM tetap dilaksanakan, namun untuk praktek terganggu karena tempat praktikum telah rusak parah akibat lahar. Siswa jurusan peternakan di Dawning (?) Farm.
Dengan makin banyaknya jalan dan jembatan yang rusak, makin banyak siswa makin jauh untuk pergi ke sekolah. Pemerintah sudah menyediakan antar jemput, tetapi tidak tahu sampai kapan bisa memberikan pelayanan ini. Ada 584 siswa yang kesulitan transpor. Demikian juga dengan guru yang terdampak banjir lahar (ada 7 orang) yang dibantu transpor. Selain antar jemput, siswa SMP 1 Dukun juga diasramakan. Sekali lagi, belum tahu sampai kapan Pemerintah bisa memberikan layanan ini. Tercatan 125 siswa yang terdampak langsung lahar (rumah hanyut atau rusak berat).
Sudah ada beberapa pihak yang berminat membantu:
- ASTRA sudah mengirim konsultan perencana untuk pendirian asrama bagi siswa
- TV One memberikan bantuan berupa uang kepada 180 siswa sebesar Rp. 170.000,- per bulan selama 12 bulan. TV One juga sudah mendatangkan konsultan perencana untuk membangun kembali kandang.
- TELKOM sudah survei, tapi belum tahu akan membantu apa.
Relokasi SMKN 1 tidak diperlukan karena dari 8,5 hektar lahan yang dimiliki, yang rusak seluas 2 hektar. Lahan seluas ini masih bisa dioptimalkan untuk membangun kembali fasilitas yang rusak.
Rehabilitasi Fasilitas Umum:
Pemerintah belum bisa melakukan apa-apa terhadap rumah-rumah penduduk yang rusak, karena belum ada dana dan selama masih banjir belum bisa diapa-apakan. Kuncinya adalah percepatan penyediaan huntara.
Infrastruktur juga belum bisa dilakukan perbaikan. Pemerintah kabupaten masih kesulitan dana. Banyak program yang belum terlaksana karena dana yang dijanjikan dari Kementrian belum juga turun. Dana yang diharapkan hanyalah dana dari BPBD/BNPB.
Informasi dari Sekretariat Wakil Presiden, tidak ada koordinasi diantara Kementrian/Lembaga. Hari Jumat besok akan ada pertemuan di Jogja, mempertemukan K/L dengan pemerintah Kabupaten/Propinsi.
Pertanian, Peternakan dan Perikanan:
Pertanian sudah dilakukan pembersihan kebun salak. Sudah juga dilakukan pembagian bibit sayur yang bisa panen dalam jangka pendek. Namun karena tidak memperbaiki pemasaran, saat ini harga timun dan sayur caisim sangat jatuh.
Untuk perikanan belum ada upaya lebih jauh; kolam-kolam benih belum dibersihkan karena takut diterjang banjir lahar lagi.
Komunikasi dan Informasi:
Saiful dari Combine menekankan kepada pihak pemerintah untuk melalukan publishing data-data penanganan bencana lahar dingin. Publish data bisa dilakukan melalui media internet dan akses publik lainnya, sehingga memungkinkan adanya respon dari masyarakat Magelang sendiri maupun masyarakat luar. Combine sudah memiliki website dan jika website pemerintah selalu update, akan dibuat link-nya di website Combine.
Radio Siaran Pemerintah “Gemilang” sudah memberitakan update data pengungsi tiap pagi.
Data pengungsi setiap hari dikirim ke Propinsi dan BNPB lewat fax. Ke depan selain lewat fax juga lewat email kepada pejabat-pejabat yang berwenang. Harus juga dipikirkan mekanisme penyampaian informasi dari tiap TPA/TPS dan dari Dinas (seperti DinKes yang punya update data pengungsi tiap hari) ke Posko Induk. Hali ini berkaitan juga dengan manajemen barak yang baik sehingga informasi mudah didapat.
Lain-lain:
Perda BPBD sudah dalam pembahasan di Dewan, diharapkan dalam waktu dekat ada penetapan.
Usulan agar rapat lebih efektif: agenda lebih difokuskan pada 1) penanganan darurat lahar dan 2) penanganan pemulihan dini pasca erupsi. Jika mungkin dipisahkan rapatnya (sehingga ada dua kali rapat dalam seminggu) atau setiap minggu bergantian fokus pembicaraan ini. Namun jika agenda bergantian tiap minggu, dikhawatirkan koordinasi tanggap darurat menjadi terganggu karena terlalu lama jarak waktunya.
Informasi tambahan dari NGO:
1) Inprosula
Beroperasi sejak 3 bulan yang lalu di Kab. Magelang, membantu penyediaan bibit sayuran di 18 dusun. Inprosula juga mengalami masalah pemasaran dimana ketika panen harga jatuh. Untuk membantu menangani bencana lahar ini, beroperasi di TPS Ngrajek dan Jumoyo. Beberapa bantuan yang dilakukan antara lain:
- memberikan makanan tambahan untuk Ibu menyusui dan balita.
- Akan mengadakan pelatihan pembuatan susu kedelai untuk ibu-ibu à kesulitan mengajak ibu-ibu di TPS untuk bekerjasama.
- Mengadakan pelatihan pembuatan batako di TPS Ngrajek à masih kesulitan dalam pemasaran.
2) MDMC Magelang
Melakukan kegiatan trauma healing kepada anak-anak di TPS Sriwedari dan TPA Tanjung lewat Children Crisis Centre Muhammadiyah. Dilakukan dua hari sekali bergantian, dan setiap hari Minggu bergantian ke TPS di luar dua TPS tersebut.
3) CRS (vis telepon)
Masih ada paket family kit (tiap paket berisi sarung, selimut, tikar, ember + gayung, jerigen; untuk 5 jiwa) sejumlah 152 paket dan paket sholat 70 buah. Selain itu juga 60 paket alat kebersihan (wheelbarrow, sekop, senggrok, sapu panjang, dll). à diharapkan koordinasi dengan Pak Heri Kesbang untuk distribusi.
4) LPPSP Semarang (via telepon)
Telah mengirimkan bantuan logistik berupa beras, jas hujan, selimut, matras, susu anak-anak, biskuit, dan tikar ke dusun-dusun di desa Sirahan, yaitu di dusun Berokan, Preceptan, Purwosari, Trayem, Gedolo