![](images/stories/2016/Oktober/3.jpg)
Terjun ke bisnis batik, Deny Rahayuningsih, A.Md, melalui Kelompok PKK Dusun Wanurejo, Kecamatan Borobudur berhasil memikat Badan Dunia Bidang Kebudayaan (Unesco), untuk membina batik yang ada di daerahnya. Industri batik yang dikelolannya bersama anggota PKK yang lain memiliki misi dan cita-cita terpuji.
Wanita pengusaha asal desa Wanurejo ini ingin memperkenalkan batik khas desa Wanurejo hingga menembus pasar Internasional (go international).
"Saya pecinta seni, semua yang berbau etnik dan sebagai orang Borobudur, pengen berbuat sesuatu untuk memajukan daerah ini lewat kerajinan batik. Aku pilih mengangkat batik khas Borobudur yang kami namai dengan “Batik Setumbu” dengan mengembangkan motif‑motif baru dan kekinian sehingga dunia Internasional mau melirik Borobudur bukan hanya lewat Candi saja, tetapi juga lewat karya-karya batik yang kami buat.”katanya.
Tidak hanya bekerja sendiri, Deny dibantu tim ahlinya untuk saling bekerja sama menciptakan produk baru. Motif batik yang diciptakan tidak sembarangan, karena dibalik motif tersebut terdapat filosofi dan ceritanya. Yakni mengangkat budaya lokal/etnic yang ada di sekitar candi Borobudur.
“Kami diskusikan motif yang ada dengan teman-teman, sehingga karya batik yang dihasilkan tidak terkesan asal‑asalan," ujarnya. Selain itu pihaknya juga mengharapkan Desa Wanurejo Borobudur, bisa lebih maju dengan menawarkan berbagai objek wisata seperti agrowisata, budaya dan edukasi.
"Kami bermimpi bisa membangun desa wisata ini menjadi kampung batik pertama di Kabupaten Magelang," ujarnya. Sebagai satu upaya untuk menjadikan Kampung batik menjadi kawasan wisata andalan yakni dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat setempat.
Pelatihan yang mendorong untuk menawarkan objek wisata budaya yakni dengan memberikan pelatihan membatik kepada masyarakat setempat, seperti yang sudah dilakukan oleh Badan Dunia (Unesco).
Dengan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan skill kepada para ibu-ibu PKK di sekitar kawasan Desa Wisata Punthuk Setumbu agar memiliki jiwa kreatif dan berwirausaha.
Menurut Deny, hasil karya kalau indah saja tidak cukup, tetapi tetap harus berpijak dan berpihak pada budaya lokal yang memang diangkat. Ada satu hal yang menarik ketika berbicara tentang motif dari batik “Setumbu” ini, yakni bermotif tentang stupa candi Borobudur, pohon, dan kehidupan manusia, kemudian ada juga yang bermotif tentang Batu Candi Pawon, Mendut, Lulungan, kalpataru, dan juga genthong.
Puluhan motif yang telah diciptakan wanita ini mengaku motif yang menjadi favorit di kalangan pembeli yaitu motif Stupa candi Borobudur. Sementara itu, dari penjualan Deny mengaku produknya semakin mengalami peningkatan.
Penjualan yang terus meningkat ini berkat promosi yang rajin dilakukan dengan mengikuti pameran, dan melalui sosial media. Selain itu Deny, mengatakan promosi juga dilakukan dari mulut ke mulut.
"Kalau karya produknya bagus maka secara otomatis dipromosikan langsung oleh para pelanggan yang merasa puas, semua dikerjakan oleh perajin lokal sehingga produknya unik dan tidak akan bisa dijumpai di tempat lain," ujarnya***) Widodo Anwari