BERITAMAGELANG.ID - Pemerintah Kabupaten Magelang melalui Dinas Pertanian dan Pangan didukung Direktorat Jenderal Hortikultura membuat terobosan pengembangan kawasan kelengkeng melalui APBN seluas 20 ha pada tahun 2020. Distan Pangan membuka Kawasan Kelengkeng varietas Kateki di Kecamatan Borobudur yang diharapkan menjadi ikon agro eduwisata di Jawa Tengah seperti Batu, Jawa Timur.
Bantuan sejumlah 4.000 batang diberikan untuk menunjang keberhasilan dan keberlanjutan tanaman kelengkeng di Kawasan Borobudur. Tujuan dari pengembangan kelengkeng ini adalah untuk memperluas dan meningkatkan keberhasilan dan keberlangsungan komoditas unggulan.
Pencanganan secara simbolis dilakukan Ketua TP PKK Kabupaten Magelang Tanti Zaenal Arifin di lahan sekitar kawasan Balkondes Ngargogondo didampingi Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Ade Sri Kuncoro serta Koordinator BPP Kecamatan Borobudur, pemdes setempat dan kelompok penerima bantuan.
Tanti Zaenal Arifin memberikan apresiasi yang tinggi atas peran serta semua pihak yang mendukung program pengembangan tanaman kelengkeng di kawasan Borobudur. Ia berharap tanaman kelengkeng ini mampu menjadi primadona bagi wisatawan sebagai salah satu tujuan kunjungan wisatawan.
"Dan kelengkeng nantinya akan jadi buah tangan khas Borobudur yang akan dibawa oleh wisatawan," ujar Tanti.
Tanti juga berharap banyak tanaman kelengkeng varietas Kateki yang mampu memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat Borobudur.
"Sekaligus menjadi salah satu tujuan kunjungan wisatawan," harapnya.
Kabid TPH Distanpangan Kabupaten Magelang, Ade Sri Kuncoro mengungkapkan pengembangan tanaman kelengkeng seluas 20 ha yang dikembangkan tersebut diharapkan mampu mendukung agro wisata Borobudur sekaligus meningkatkan hasil dan pendapatan petani buah.
"Pengembangan agro eduwisata Borobudur yang berbasis pada tanaman buah memang menjadi salah satu daya tarik yang perlu terus dioptimalkan karena melihat selama ini Borobudur terkenal dengan buah-buah andalan seperti kelengkeng, rambutan, pepaya, mangga dan lain sebagainya," ujar Ade.
Kelengkeng selama ini menjadi salah satu buah yang masuk kategori eksklusif karena rasanya manis, legit, kenyal dan dapat dinikmati oleh banyak orang. Tanaman kelengkeng mampu dikembangkan di lahan tegalan sebagai tanaman konversi tanaman yang selama ini hasilnya tidak maksimal, sehingga tanaman kelengkeng akan mampu menjadi komoditas optimalisasi lahan bagi petani untuk menjadi sumber mata pencaharian yang handal.
Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut perlu kekompakan dan sinergisitas semua pihak baik pemerintah, petani, kelompok tani dan kelembagaan tani lain agar satu langkah mewujudkan Borobudur yang gumegrah dan santun.
Buah kelengkeng varietas Kateki yang eksotis dapat dinikmati langsung wisatawan di kawasan sekitar Borobudur, baik di toko buah, pasar tradisonal maupun di kebun kelengkeng. Beberapa lokasi pengembangan kelengkeng seperti di Desa Borobudur, Wanurejo, Ngargogondo, Sambeng, Tuksongo dan Wringinputih.
Ada beberapa lokasi yang menawarkan model wisata petik langsung buah kelengkeng dari pohonnya, sembari memandang perbukitan Menoreh yang indah dan cantik, terasa asri dan sejuk. Ditambah dapat juga memandang stupa Candi Borobudur yang menjulang tinggi. Di samping itu wisatawan juga bisa belajar tentang budidadaya yang ditawarkan oleh kebun kelengkeng Bumdes Borobudur di Dusun Jagan.
Daya tarik kelengkeng khususnya varietas Kateki pemeliharaannya tidak begitu rumit, perkembangan tanaman cepat, daging buahnya manis legit, enak. Buah kelengkeng menjadi perburuan konsumen utama wisatawan yang datang ke kawasan Borobudur sebagai oleh-oleh. Luas tanaman kelengkeng saat ini hampir mencapai 25 ha yang terdiri tanaman tua dan muda.
Kebijakan pengembangan tanaman buah di kawasan Borobudur tetap melihat potensi lahan yang ada. Tanaman kelengkeng sekarang menjadi primadona dan sudah banyak dikembangkan oleh warga masyarakat maupun kelompok-kelompok tani dan badan usaha desa / Bumdes.