Menurut informasi yang dirilis oleh sejumlah media online, FIFA dalam Kongresnya ke-66 di kota New Mexico telah secara resmi mencabut sanksinya terhadap Indonesia, sebagaimana telah diumumkan langsung keputusannya oleh Presiden FIFA Gianni Infantino dalam Kongres FIFA tersebut. Terhadap keputusan tersebut, Pemerintah Indonesia tentu saja menyambut gembira, dan berharap keputusan tersebut dapat mendorong bagi meningkatnya persepakbolaan nasional Indonesia lebih baik, khususnya dari aspek pembenahan tata kelola organisasi, pembinaan usia dini, prestasi, transparansi, akuntabilitas dan hubungan yang lebih harmonis dengan berbagai stakeholders terkait di bidang sepakbola, demikian disampaikan Kepala Komunikasi Publik Kemenpora/ Gatot S Dewa Broto/ dalam Siaran Pers yang diterima redaksi, Sabtu 14 Mei 2016//
Gatot menjelaskan, upaya hingga memungkinkan dicabutnya sanksi tersebut oleh FIFA tidak terlepas dari rangkaian keputusan yang diawali dengan kondusifnya hubungan FIFA dengan Indonesia di era kepemimpinan Presiden FIFA Gianni Infantino. Dalam suratnya melalui Acting Sekjen FIFA Markus Kattner pada tanggal 11 Maret 2016 telah merespon positif surat Menpora Imam Nahrawi tertanggal 1 Maret 2016 yang mengucapkan selamat atas terpilihnya Gianni Infanti selaku Presiden FIFA yang baru, dan menyampaikan informasi tentang akan adanya utusan Indonesia yang akan dikirim menemui Presiden FIFA. Ternyata respon FIFA sangat melegakan, karena utusan yang mewakili Pemerintah Indonesia akan disambut tanpa persyaratan apapun terkecuali kejelasan agenda pertemuan, namun itu adalah hal yang wajar dalam tata krama protokoler pertemuan internasional. Demikian pula halnya surat FIFA tertanggal 26 April 2016 yang ditujukan kepada Mensesneg Pratikno yang menyebutkan adanya pertemuan yang dalam dan bermanfaat antara Presiden FIFA Gianni Infantino, Ketua KOI Erick Thohir dan Ketua Tim Ad-Hoc PSSI Agum Gumelar di Zurich pada tanggal 26 April 2016.
Gatot menjelaskan, dalam suratnya tertanggal 26 April 2016 itu pula, FIFA menekankan tentang pentingnya Pemerintah Indonesia untuk mencabut keputusan pembekuan PSSI sebelum kemudian FIFA mempertimbangkan kemungkinan pencabutan sanksi pada Indonesia. Gayung pun bersambut, setelah sebelumnya Presiden Joko Widodo pada tanggal 15 April 2016 di Istana Negara telah menyebutkan bahwa masalah PSSI akan diselesaikan sebelum Kongres FIFA, maka Menpora pada tanggal 10 Mei 2016 telah secara resmi mencabut keputusan pembekuan pada PSSI tanpa persyaratan apapun, dan pada tanggal itu pula langsung dikirimkan keputusan tersebut kepada FIFA melalui surat resmi dari Pemerintah Indonesia.
Tentu saja keputusan FIFA terhadap Indonesia ini tidak terlepas juga dari kontribusi positif PSSI yang melalui delegasinya yang menghadiri Kongres FIFA di New Mexico telah berusaha keras memperjuangkan masalah tersebut. Seluruh proses rangkaian ini perlu dijelaskan untuk menunjukkan, bahwa keputusan FIFA tersebut adalah hasil kerja yang sinergis dari berbagai pihak, terutama setelah Presiden Joko Widodo memberikan perintah yang jelas sejak adanya situasi yang kondusif di FIFA. Itulah sebabnya, dua hari sebelum terpetik berita dicabutnya sanksi FIFA, Ketua KOI Erick Thohir saat mengawali pembukaan 4th Coordination Committee Meeting of OCA tanggal 11 Mei 2016 di Bali dalam rangka persiapan Asian Games 2018, dengan gembira menyampaikan kabar baik tentang telah dicabutnya pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nahrawi sebagai bentuk kepatuhan terhadap putusan MA. Erick Thohir pun berharap setelah sanksi FIFA dicabut, sepak bola dapat dipertandingkan dalam ajang Asian Games 2018. *** Fany Rachmawati ***