Acara di Tempat Penampungan Akhir (TPA) Pengungsi Tanjung, Muntilan, diikuti kades dan Ketua BPD dari 18 desa di Kawasan Rawan Bencana (KRB) Merapi wilayah Kabupaten Magelang. Rinciannya, dari Kecamatan Srumbung delapan desa, Dukun (7) dan Sawangan (3). Tampak hadir, Kabid Pencegahan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Maduseno, dan para camat selaku kepala wilayah di KRB bencana Merapi.
Dia menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas aparat dan masyarakat dalam mengantisiasi kemungkinan terjadi bencana Merapi. "Sehingga ke depan, masyarakat dapat mengambil keputusan dan langkah untuk menyelamatan diri beserta keluarganya dari ancaman bencana," katanya.
Kades dan BPD, menurut dia, memiliki posisi sangat strategis dan fital di masyarakat. Karena itu, mereka dipandang memiliki kemampuan untuk menggerakkan masyarakat dalam situasi yang mendesak. Program wajib Latih, menurut dia, diselenggarakan melalui kerjasama dengan empat kabupaten yang berada di sekitar Merapi. Yakni, Boyolali, Klaten, Sleman dan Magelang. Di empat daerah tersebut terdapat 36 desa yang masuk KRB Merapi. Lembaga lain yang dilibatkan adalah Pusat Studi Manajemen Bencana
(PSMB) UPN Yogyakarta, Pasag (Paguyuban Sabuk Gunung) Merapi. Juga LSM luar negeri seperti Ox FAM dan UNDP. "Intinya, program ini adalah sebagai upaya mengurangi resiko bencana," ujarnya.
Bahaya tinggi
Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto mengatakan, meski letusannya tergolong kecil, tetapi tingkat bahayanya cukup tinggi karena adanya awan panas yang menyertai erupsi serta adanya populasi yang padat di sekitar gunung itu. Sebaran ancaman Merapi, menurut dia, tak mengenal batas wilayah administrasi. Begitu pula urusan kemanusiaan juga melampaui batas-batas administratif. "Bisa saja penduduk yang tinggal di kawasan perbatasan harus mengungsi ke kabupaten lain bila terjadi letusan," katanya.
Oleh karena itu, lanjut bupati, diperlukan kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah desa dan masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana maupun pengelolaan potensi Merapi. Melalui Forum Merapi, kita memiliki wadah untuk menyatukan kekuatan dan menjembatani komunikasi antarpelaku dalam melaksanakan kegiatan
bersama pengurangan resiko bencana Merapi secara efisien, efektif dan terpadu.
"Dengan harapan, dapat menciptakan masyarakat yang memiliki ketangguhan dalam menghadapi serta mengurangi resiko bencana Merapi." katanya, dalam sambutan yang dibacakan Kabid Penanggulangan Bencana Badan Kesbangpol dan Penanggulangan Bencana, Drs Moch Damil.
**)Widodo Anwari Humprot