BERITAMAGELANG.ID - Irene Mardalenta Gea, gadis kecil usia sembilan tahun yang sempat menjalani isolasi mandiri sendirian di rumah kontrakan neneknya, kini tidak sendiri lagi.
Paman Irene, yang bernama Amonio Zebua (31), sudah diperbolehkan pulang ke rumah dan menjalani isolasi mandiri bersamanya. Sedangkan neneknya, Siti Zama masih isolasi mandiri di rumah sakit Tidar Magelang.
"Saya terus memikirkan Irene, yang tidur sendirian di rumah. Sejak Senin (14/12/2020) kemarin Ibu saya (Nenek Siti Zama) masuk rumah sakit. Saat itu Irene masih bisa ikut di rumah sakit. Namun sejak hari Selasa dan Rabu kemarin Irene harus tidur di rumah sendirian karena menjalani isolasi mandiri.
Karena informasi secara lisan dari perawat rumah sakit, ibu saya reaktif Covid-19. Hal itu juga membuat pihak rumah sakit menyuruh saya turut isolasi di rumah sakit, namun Irene justru isolasi mandiri di rumah," ucap Amonio, saat ditemui di rumah kontrakannya, Jumat (18/12/2020).
Amonio pun meminta izin kepada pihak rumah sakit, agar dapat isolasi mandiri di rumah, dan diizinkan. Maka pada Kamis (17/12/2020) sekitar pukul 20.00 WIB, Amonio pulang ke rumah, dan Irene tidak sendirian lagi.
"Kalau sudah ke rumah ga boleh balik rumah sakit, dan isolasi mandiri di rumah. Hal itu tidak menjadi masalah karena yang terpenting saya bisa menemani Irene di rumah. Adapun kondisi Ibu saya di rumah sakit, sudah mulai membaik," terang Amonio, yang rencana pada Senin (21/12/2020) minggu depan, akan diuji swab di Puskesmas, bersama Irene.
Amonio menceritakan perihal Ibunya masuk rumah sakit. Berawal dari sakit gigi yang membuat sang ibu tidak bisa makan secara teratur. Hal tersebut yang membuat asam lambungnya naik, sehingga harus dibawa ke rumah sakit.
"Awalnya berobat ke Puskesmas karena sakit gigi, hal itu yang membuat Ibu jarang makan dan asam lambung naik. Ketika di rumah sakit ternyata reaktif Covid-19," ungkap Amonio.
Amonio menerangkan, keponakannya Irene, masih mempunyai Ayah di Nias, sedangkan ibunya sudah meninggal dunia pada 2016.
"Ibunda Irene sebelum meninggal mengalami sakit akibat luka bakar, dari ledakan kompor minyak tanah di Nias. Sebelumnya telah dilakukan pengobatan, sudah menjual harta benda dan hanya bertahan tiga tahun, pada 2016 Ibu Irene meninggal dunia.
Kemudian Irene saya ajak merantau ke Jawa, awalnya ayah Irene tidak mengizinkan, namun akhirnya mengizinkan, karena saya merantau bersama ibu saya atau nenek Irene. Agar nenek tidak kesepian bila ada Irene. Adapun ayah Irene, masih berada di Nias, bersama kakak dan adik Irene," papar Amonio, yang sehari-hari bekerja sebagai pemasang alat pemanas air ini.
Nenek Irene, yang bernama Siti Zama, sebelum sakit, kesehariannya menjual kue bolang-baling keliling perumahan Desa Kalinegoro.
"Irene sering ikut jualan kue bersama neneknya keliling perumahan dan kampung," tutur Amonio.
Dalam kesempatan tersebut Irene mengatakan senang karena pamannya sudah pulang ke rumah. Selama di rumah sendirian ia mengisi kegiatan dengan membaca buku pelajaran, karena tidak ada hiburan lain termasuk TV.
"Kalau makanan sudah banyak, karena tetangga pada ngasih makanan. Saya baca-baca buku pelajaran, mandi, makan, kemudian pukul 20.00 WIB tidur, setelah sebelumnya mengunci pintu depan," ucap Irene, yang bersekolah di SDN 3 Kalinegoro dan bercita-cita menjadi Pendeta.
Kepala Desa Kalinegoro, Hajid Mulyono, mengatakan, dirinya sudah lega karena Irene tidak sendirian di rumah lagi. Selama ini Hajid terus memantau kondisi Irene yang sendirian di rumah.
"Saya tidak bisa membawa Irene untuk menginap di rumah saya karena posisi Irene adalah isolasi mandiri. Oleh karenanya dalam program Jogo Tonggo ini para tentangga Irene turut menjaga Irene dari luar rumah, termasuk memasok kebutuhan Irene, makan minum dan lain-lain," ungkap Hajid.