Kabut Duka Menyelimuti Kabupaten Magelang Banjir Bandang Renggut 13 Jiwa
Grabag, 30 April 2017
Peristiwa tragis dan memilukan terjadi di Kabupaten Magelang, warga histeris berusaha menyelamatkan diri dari banjir bandang yang melewati beberapa desa di wilayah Kecamatan Grabag dan Ngablak. Debit sungai masuk ke perkampungan dengan cepat dan arusnya deras sekali. Debit sungai dari bagian hulu membawa lumpur dan batu yang menyebabkan pohon tumbang dan menerjang rumah termasuk beberapa warga yang ada di sekitarnya.
Banjir bandang membawa air disertai lumpur, batu dan pohon tumbang menerjang permukiman warga. Kronologi kejadian banjir bandang tersebut awalnya hujan dengan intensitas sangat deras di wilayah Kecamatan Grabag sejak siang hari yang membuat Sungai Ndaru anakan yang berada di Dusun Nipis Desa Sambungrejo Kecamatan Grabag meluap dan membawa material longsor. Daerah aliran sungai Ndaru anakan merupakan bagian dari Sungai Ndaru yang berada di Desa Citrosono dan bermuara ke Sungai Elo.
Banjir bandang terjadi pada Sabtu (29/4) sekitar pukul 15.00 WIB tersebut menerjang dua desa, yakni Desa Sambungrejo meliputi Dusun Sambungrejo, Nipis, dan Karanglo, serta Desa Citrosono meliputi Dusun Deles dan Kalisapi.
Pemerintah Daerah menetapkan status tanggap darurat bencana di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai 29 April - 6 Mei 2017. Status ini ditetapkan setelah beberapa kejadian banjir bandang dan tanah longsor di wilayah ini sejak Sabtu 29 April 2017, Namun sampai berita ini diturunkan status tanggap darurat diperpanjang lagi tujuh (7) hari, sehingga menjadi 14 hari sejak peristiwa terjadi.
"Karena bencana ini menimbulkan korban 13 jiwa orang maka kami tetapkan status darurat bencana sampai 7 hari kedepan," kata Bupati Magelang Zaenal Arifin, dalam keterangan pers, Minggu (30/4/2017).
Menurut Bapak Zaenal, status ini berlaku untuk semua wilayah Kabupaten Magelang karena bencana terjadi di beberapa kecamatan. Status ini bertujuan agar penanganan lebih cepat, tepat dan efisien. “"Status tanggap darurat bencana ini bukan hanya untuk Grabag, tetapi seluruh Kabupaten Magelang, karena selain banjir bandang, kemarin juga terjadi beberapa titik longsor di beberapa kecamatan yang lain," katanya
Kejadian terparah adalah banjir bandang di Desa Sambungrejo dan Desa Citrosono, Kecamatan Grabag. Sebanyak 13 orang tewas, puluhan rumah rata dengan tanah.
Selain korban jiwa, kata Bapak Zaenal Arifin, sedikitnya 50 rumah rusak berat akibat bencana ini. Semuanya tersebar di 4 Dusun, yakni Dusun Sambungrejo, Nipis, Karanglo di Desa Sambungrejo dan Dusun Deles di Desa Citrosono.
Di hari yang sama longsor terjadi di Srumbung, Ngablak, Mungkid, Salaman dan Borobudur. Namun tidak ada korban jiwa pada musibah di wilayah tersebut.
Atas kejadian banjir bandang di Desa Sambungrejo, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah utamanya membangun posko bencana dan dapur umum, Posko Utama dilakukan di kantor Kecamatan Grabag. Sementara dapur umum diletakkan di beberapa titik lokasi yang berdekatan dengan lokasi bencana alam. Bantuan dari warga, baik berupa tenaga juga kebutuhan pokok juga terlihat memenuhi di lokasi posko utama yang diletakkan di belakang kantor kecamatan Grabag.
Libatkan beberapa Unsur
Pihaknya melibatkan seluruh unsur mulai dari TNI, POLRI, BPBD Magelang, Boyolali, Klaten, Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, Basarnas Semarang, belasan komunitas relawan Magelang, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Magelang dan unsur lainnya.
Zaenal Arifin, SIP, menyebut ada 10 sektor yang menjadi fokus penanganan bencana ini, antara lain posko bencana yang dikoordinatori oleh BPBD Magelang, logistik, kesehatan, evakuasi, transportasi, keamanan, barak, pendidikan, informasi dan ekonomi.
Lokasi banjir bandang merupakan areal perbukitan, yang dekat pegunungan Andong dan Telomoyo. Medan dan jalan yang sempit menjadi salah satu faktor yang menyulitkan tim gabungan melakukan operasi. Hasil Pengamatan udara yang dilakukan oleh “Team Drone” yang terdiri dari Humas Protokol setda Kabupaten Magelang, BPBD, Yon Armed 11, KODIM 0705, dan Perangkat desa Sambungrejo, yang berhasil sampai ke titik awal lokasi mengatakan bahwa ada banyak longsoran yang ada dipuncak bukit yang mengarah ke Desa Sambungrejo dan Citrosono. Longsoran terbesar berada di pertemuan dua (2) bukit.
Sementara Bupati Magelang menjelaskan bahwa status tanggap darurat ditetapkan agar penanganan bencana lebih fokus dan cepat. Status ini bisa diperpanjang sekitar seminggu, bisa status darurat atau recovery.
Ia mengatakan memang yang terdampak paling besar di Desa Sambungrejo, Kecamatan Grabag karena membawa korban jiwa, sedangkan beberapa titik longsor lainnya tidak menimbulkan korban jiwa. Ia menyebutkan bencana banjir bandang di Grabag mengakibatkan lima korban meninggal dan tujuh orang hilang, yakni di Dusun Sambungrejo lima orang dan Dusun Deles, Desa Citrosono dua orang.
Berdasarkan data, selain korban meninggal dan hilang, banjir bandang juga mengakibatkan 4 Luka berat, Kerusakan Perumhan rusak berat 15, rusak sedang 9, rusak ringan 40 dan terdampak 21, sementara jumlah pengungsi 278 jiwa. Langkah yang dilakukan Pemkab Magelang, antara lain mendirikan dapur umum tiga unit, yakni dari PMI, BPBD, dan Dinas Sosial.
Dandim 0705/Magelang Letkol Inf Hendra Purwanasari mengatakan pihaknya menerjunkan sekitar 300-400 personel untuk membantu pencarian korban. "Kami membantu, tolong diarahkan secara maksimal agar para korban cepat ditemukan," katanya.
BPBD Kabupaten Magelang bersama BNPB, TNI, Polri, Basarnas, Dinas PU, Dinas Kesehatan, Damkar, PMI, komunitas relawan dan lainnya bersama masyarakat melakukan penanganan darurat. Posko Aju didirikan di Majelis Tafsir Al Qur’an Dusun Temon Desa Tlogorejo Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.
Bencana longsor di Kabupaten Magelang juga terjadi di tiga tempat yang berbeda yaitu Dusun Pagergunung, Desa Ambartawang, Kecamatan Mungkid; di Dusun Tegalombo, Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman; dan Dusun Sumberejo, Desa Bigaran, Kecamatan Borobudur. Di ketiga lokasi longsor ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun terdapat beberapa rumah rusak.***) Widodo Anwari