BERITAMAGELANG - Seorang gadis kecil kelas tiga SD, harus tinggal sendirian di rumah kontrakan neneknya. Pasalnya sang nenek saat ini berada di Rumah Sakit Tidar Magelang karena suspek Covid-19, dan hasil swabnya belum keluar.
Gadis kecil bernama Irene Mardalenta Gea (9) siswi SDN 3 Kalinegoro, terlihat tegar dan berbeda dengan anak lain seusianya, dari sikap dan bicaranya, Iren lebih dewasa.
Irene sebenarnya tinggal bersama paman dan neneknya, namun saat sang nenek sakit, pamannya mengurus nenek di rumah sakit, yang ternyata sang paman juga harus di swab. Hal tersebut membuat Irene melakukan isolasi mandiri di rumah kontrakannya sendirian, di Desa Kalinegoro Mertoyudan Kabupaten Magelang.
"Kemarin malam tidur sendirian, baru satu malam tidur sendiri, sekarang mau dua hari," ucap Irene, Kamis (17/12/2020).
Irene mengaku menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku sekolah. Untuk urusan kebutuhan kosumsi sudah dicukupi oleh tetangga dan komunitas Gereja setempat.
"Seharian baca-baca buku pelajaran, karena belum boleh keluar rumah. Ga nonton TV karena ga punya TV," tutur Irene.
Tetangga Irene, Ismiatiningsih mengatakan, para tetangga terus memantaunya dan memberikan bantuan makanan serta kebutuhan lainnya.
"Kebutuhan makan dipasok oleh tetangga, seperti nasi rames dan susu, karena memang harus jogo tonggo. Selain itu ada juga komunitas Gereja yang juga membantu hal yang sama," papar Ismiatiningsih.
Menurut Ismiatiningsih, nenek Irene yang bernama Siti Zama, seorang pedagang jajanan kue bolang-baling memang sering sakit-sakitan dan kerap ke Puskesmas. Adapun paman Irene yang bernama Amonio berusia 35 tahunan, pekerja swasta.
"Nenek Siti Zama mengeluh sakit lambung, sakit gigi, migrain, dan sering ke Puskesmas. Terakhir ia ke Puskesmas pada Senin (14/12/2020).
Kemudian sang paman, juga turut di swab pada Rabu (16/12/2020), dan hasilnya belum keluar. Hal itu yang memuat pamannya harus turut menginap di rumah sakit," terang Ismiatiningsih.
Kepala Desa Kalinegoro, Hajid Mulyono, sangat prihatin dengan kondisi Irene, khususnya pada psikologi sang anak.
"Kalau Irene tidak isolasi mandiri, saya akan membawa Irene untuk menginap di rumah saya. Karena terus terang saya nggregel (tidak tega), anak seusia itu harus tinggal sendirian di rumah.
Setelah ibunya Irene meninggal, ayah Irene kembali ke Nias, bersama dua saudara Irene. Sedangkan Irene tinggal bersama nenek dan pamannya," jelas Hajid.
Hajid berharap agar Irene bisa segera diswab agar cepat diketahui hasilnya. Bila negatif Covid-19, Hajid bisa menampung Irene di rumahnya.
"Kalau bisa secepatnya Irene juga diswab, agar tidak terlalu lama tinggal sendirian isolasi mandiri di rumahnya, dan bisa tinggal di rumah saya," harap Hajid.