BERITAMAGELANG.ID
- Banyak cara dilakukan untuk mencegah masuknya faham radikalisme dan
terorisme, salah satunya lewat video pendek. Untuk membekali skill produksi
video pendek tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Jawa Tengah (FKPT Jateng)
menggelar workshop pembuatan video pendek bagi pelajar SMK-SMA-MA se-Kota dan
Kabupaten Magelang di Aula SMK Syubbanul Wathon Pesantren API Tegalrejo
Magelang, Rabu (31/10).
Ketua
FKPT Jateng, Dr. Budiyanto menuturkan, virus intoleransi, radikalisme dan
terorisme akhir-akhir ini menyebar dengan leluasa di jagad maya, nyaris tidak
terbendung dan tidak tertandingi narasi-narasi sesatnya. Pesan propaganda
negatif terus-menerus mempengaruhi kalangan muda yang sepanjang hari menjadi
penikmat informasi melalui saluran komunikasi digital.
âMelalui
workshop ini, kalangan pelajar selain dikenalkan dampak negatif dan bahaya
intoleransi, radikal dan teror agar terpicu untuk menghindari dan mencegahnya,
sekaligus menanamkan penguatan nasionalisme,â harap Budiyanto.
Ketua IKA
Unnes Semarang itu melanjutkan, usai mengikuti workshop ini, para pelajar
memiliki kemampuan memproduksi video pendek, mereka diharapkan dapat menjadi
duta-duta pencegah kejahatan kemanusiaan luar biasa lewat karyanya (video
pendek).
âJadi,
publik terutama kalangan muda yang menjadi pengakses informasi media siber bisa
memperoleh informasi alternatif, alias tidak selalu menerima informasi bernada
kebencian, namun mendapat informasi posisif dan edukatif,â ungkapnya.
Tutor
workshop video pendek BNPT 2018, Swastika Nohara menuturkan, selama sehari
kemarin, dirinya bersama seorang aktor Sha Ine Febriyanti memberikan materi
dasar pembuatan video pendek sekaligus praktek.
âDari
jumlah peserta 220 kita bagi 13 kelompok, mereka kita minta membuat satu karya
video pendek satu menit dengan tema besar menjadi Indonesia. Hasil karyanya
tersebut diunggah dan di tag ke bvifest (lomba video pendek BNPT),â ucapnya.
Penulis
skenario film itu melanjutkan, karya-karya video pendek tersebut sekaligus dilombakan
bersama pelajar dari 32 Provinsi di Indonesia dengan merebutkan total hadiah
54,5 juta.
âNanti
diambil 10 besar untuk diundang ke Jakarta. Dari 10 besar tersebut, kita ambil
tiga terbaik dengan tiga kategori. Yakni kategori cerita terbaik, video terbaik
dan video paling populer,â pungkasnya.
Ketua
Yayasan Syubbanul Wathon API Tegalrejo, KH Yusuf Chudlory menuturkan, di
pesantren API Tegalrejo sebagaimana pesantren lainnya yang diasuh kyai NU tidak
ada materi khusus tentang anti intoleransi, radikal dan teror. Namun, spirit
bela dan cinta tanah air menyatu dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Selain
itu, lanjut Gus Yusuf, peran sentral kyai yang diikuti para guru ngajinya dalam
memberikan keteladanan dalam menjalani hidup sehari-hari sangat berperan dalam
membentuk karakter santri untuk selalu mencintai tanah air dan bangsanya.
âJadi
apa-apa materi yang diajarkan juga keteladanan sang kyai otomatis melekat tiap
diri santri mempunyai daya cegah intoletansi, radikal dan teror,â ucapnya.
Pengasuh
Ponpes API Tegalrejo itu juga mendukung langkah BNPT-FKPT Jateng membekali
siswa dan santri menangkal faham radikalisme dan terorisme video atau film.
âDi era
virtual ini, sebuah keniscayaan santri mengusai IT, salah satunya membuat video
pendek. Dengan video pendek tersebut kita bisa berdakwah sekaligus mencegah
faham radikalisme dan terorisme,â tukasnya.