MAGELANG - Tulisan Aku Datang, Aku Baca, Aku Tahu dan Aku Bisa yang dipasang dipintu gerbang, menginspirasi dan menjadi semboyan saat memasuki gedung perpustakaan milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang. Perpustakaan megah yang menelan dana 21 milyar lebih ini menempati areal 8.720 meter persegi di Jalan Raya Yogyakarta - Muntilan itu, bangunan yang menyimpan sekitar 42.724 buku dengan 26.179 judul, meliputi buku tentang ilmu pengetahuan, keterampilan, pemeliharaan hewan, buku lifesteal atau gaya hidup dan lainnya.
Ada tiga bangunan gedung, yakni Graha Saba Pustaka atau Gedung Serba Guna yang berfungsi untuk pusat jegiatan masyarakat. Graha Pintaka atau depot arsip Pemkab Magelang yang berfungsi untuk pengelolaan arsip Pemerintah Kabupaten Magelang, dimana semua arsip milik Pemkab Magelang bisa masuk, serta Graha Wasesa atau Gedung Perpustakaan yang menyimpang berbagai ilmu pengetahuan.
Bupati Magelang, Zaenal Arifin SIP menyebutkan, perpustakaan merupakan jantungnya dunia pendidikan, karena berbagai macam informasi bisa kita dapatkan di perpustakaan, sehingga bisa menggugah litetasi masyarakat dalam segala kebutuhan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, terutama generasi muda dan anak-anak sekolah. Sebab dalam perpustakaan, selain disediakan buku-buku, juga terdapat jaringan internet untuk bisa mengakses ilmu pengetahuan.
"Jadi, dengan dibangunnya perpustakaan oleh pemerintah daerah, harus bisa mendorong masyarakat setempat bisa meningkatkan literasi -minat baca- bagi masyarakat. Karena perpustakaan merupakan jendela ilmu pengetahuan, dimana di dalam perpustakaan itu, terdapat berbagai buku yang menyimpan ilmu pengetahuan," ujar Zaenal Arifin SIP.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan, perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia. Oleh karena itu, perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan ataupun tidak.
Perpustakaan modern ini, selain kumpulan buku tercetak,sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer). Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi, dan efektifitas proses belajar-mengajar.
Perpustakaan yang terorganisasi secara baik dan sistematis, secara langsung atau pun tidak langsung, dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.
Menurut Bupati Zaenal Afirin SIP, keberadaan perputakaan menjadi sangat penting, karena didalamnya terdapat tumpukan ilmu yang bisa membuka cakrawala dunia bagi masyarakat. Apalagi, stok buku yang ada memenuhi semua sektor untuk kebutuhan masyarakat, mulai dari buku pertanian, peternakan, perikanan dan budidaya lainnya. "Saya berharap, perpustakaan yang dibangun pemerintah daerah ini, bisa menjadi contoh dan tumbuhnya perpustakaan di desa maupun komunitas masyarakat," ujanya.
Di Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, ada Komunitas Belajar Omah Ngisor yang menjadi juara Taman Baca Masyarakat (TBM) Kreatif dan Rekreatif tingkat nasional yang diselenggarakan di Palu Sulawesi Tengah tahun 2016 lalu. "Budaya membaca ini sangat bagus, dimana ketika orang sedang bertamu dan dipersilahkan duduk, di meja sudah terdapat beberapa buku bacaan. Saat tuan rumah belum ada, maka tamu sambil menunggu bisa membaca buku-buku yang sudah disediakan. Inilah salah satu upaya untuk meningkatkan literasi masyarakat, sehingga pola dan cara tersebut bisa ditiru," kata Zaenal Arifin SIP.
Atas penghargaan itu, Komunitas Belajar Omah Ngisor dipercaya oleh Kemdikbud menjadi salah satu penyelenggara kegiatan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) dan Kampung Literasi (KL) 2017. GIM merupakan kegiatan membangun budaya baca masyarakat yang diselenggarakan secara lintas sektoral. Yakni dengan melibatkan lembaga/instansi pemerintah, lembaga swasta dan berbagai organiasi sosial, kemasyarakatan, keagamaan, kepemudaan dan profesi.
Selain di Sambak, ada sekolah pelangi di Muntilan dimana disekolah tersebut siswa diajak untuk peduli terhadap keindahan lingkungan. Kepedulian terhadap lingkungan hidup memang seyogyanya ditanamkan sedari dini sejak anak-anak masih berada di jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, sehingga ke depan akan tercipta insan-insan yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap lingkungannya.
Harapan kami dengan dengan dibangunya fasilitas publik seperti perpustakaan ini akan dapat menambah wawasan serta dapat mencerdaskan masyarakat di Kabupaten Magelang.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Pemerintah Kabupaten Magelang, Masrur menyebutkan, pembangunan perpustakaan untuk menberikan kebutuhan ilmu pengetahuan kepada masyarakat dan anak-anak. Pembangunan Perpustakaan sesuai jadwal agar masyarakat bisa meniknati kenyamanan dalam membaca buku. "Perpustakaan ini, untuk menggugah litetasi kreatifitas masyarakat dalam segala keluhan ilmu," jelasnya.
Perpustakaan yang berdiri megah dan dilengkapi Genset 80 ribu watt ini, juga menjadi daya tarik masyarakat untuk meningkatkan minat baca. Apalagi perpustakaan, dilengkapi berbagai taman yang indah, baik alam maupun keindahan lingkungan yang sudah dipercantik. Seperti ruang Kintaka dan Wasesa dua lantai, Graha Seva satu lantai, dengan fasilitas di antaranya ruang parkir, sarana disabilitas, ruang ramah anak (ruang baca anak), ruang baca disabilitas, ruang laktasi (ibu menyesui), home theatre, ruang baca umum, ruang teknologi informasi, serta ruang akses internet.
Sedangkan Gedung Wasesa untuk kebutuhan masyarakat, karena dilengkapi taman pintar, ada delapan gasebo, serta taman lalu lintas untuk pembelajaran bagi anak-anak agar mengenal rambu rambu lalu lintas. Selian itu, Pemkab Magelang juga melakukan pelestarian cagar budaya berupa kantor eks Kawedanan Muntilan yang tetap berdiri tanpa ada perubahan fisik.
Ada juga tugu literasi yang berada disalah satu sudut lokasi, dengan filosofi kita ingin mengajak masyarskat untuk meningkatkan budaya baca. Dengan komposisi bangunan, antara Perpustakaan dan Arsip yang menyatu dalam satu komplek, menjadi inspirasi untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dalam budaya membaca. " Ini satu-satunya di Jawa Tengah, maka wajar jika sekarang ini sudah banyak masyarakat yang antri untuk menggunakan," tambahnya.
Bahkan dibangunnya Perpurtakaan dan Arsip ini, bisa menjadi etalase pengelolaan perpustakaan dan ke arsipan. "Harapan kami, ini bisa menjadi contoh perpustakaan di sekolah maupun di masyarakat, mulai cara membeli, mengelola, cara memelihara, pengkodeanya agar mudah di cari," tambahnya.
(pr.dok kendro humprot )