BERITAMAGELANG.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus melakukan edukasi kepada para petani lewat program Sekolah Lapang Iklim. Upaya ini sebagai bagian dari strategi memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus mengantisipasi dampak perubahan iklim.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan SLI oleh BMKG sudah dilakukan sejak 2011. Kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada para petani yang sekaligus mereka dapat mengantisipasi antisipasi terjadinya krisis pangan akibat terjadinya perubahan iklim ekstrim akhir akhir ini.
Dikatan Dwikorita, petani menjadi kelompok paling rentan terdampak perubahan iklim yang sekaligus menjadi salah satu ujung tombak antisipasi krisis pangan global.
"Sedapat mungkin kita cegah atau kita kurangi dampaknya petani agar lebih memahami cuaca dan iklim. Sehingga mereka dapat menyesuaikan pola tanam, jenis tanaman, kapan waktu tanam," kata Dwikorita dalam acara SLI Operasional Pendampingan Petani Hortikultura di Desa Tempak Kecamartan Candimulyo Kabupaten Magelang Jawa Tengah Selasa (16/07/2024).
Lebih lanjut ia menambahkan, kita saat ini sedang menghadapi perubahan iklim yang berujung pada bencana basah atau banjir dan kekeringan. Selain itu semakin banyak muncul water hotspot atau keringnya sumber mata air yang mana diprediksi akan terjadi pada pertengahan abad ini.
"Hal itu yang seharusnya kita cegah karena jika kita tidak berhasil mengendalikan laju perubuahan iklim tersebut maka akan terjadi krisis pangan global di pertengahan abad dimasa Indonesia emas," tegasnya.
Menurutnya, SLI menjadi salah satu bentuk komitmen BMKG untuk turut berperan memperkuat ketahanan pangan nasional dan mewujudkan kedaulatan pangan, kesejahteraan petani di daerah. SLI juga diharapkan mampu mendongkrak produktivitas pertanian dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Sebab diketahui, petani umumnya telah memiliki kearifan lokal turun menurun mengenai cuaca. Perpaduan keduanya diharapkan dapat meminimalisir dampak buruk yang diakibatkan oleh cuaca dan iklim di kegiatan pertanian.
Dwikorita Karnawati menyebut bahwa. Kejadian iklim ekstrem akan menyebabkan kegagalan panen dan tanam, yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi akibat banjir dan kekeringan, peningkatan suhu udara, dan intensitas serangan hama.
"Outputnya adalah keberhasilan, atau mencegah gagal panen dari para petani. Outcantnya adalah kestabilan produksi pangan sehingga tidak terjadi inflasi. Kedepannya adalah mengurangi resiko krisis pangan," jelasnya.
Kegiatan SLI di Desa Tempak ini akan digelar selama tiga hari Selasa - Kamis 16-18 Juli 2024. Selain mempelajari meteode membaca iklim, para petani juga akan dibawa turun ke lapangan untuk melihat secara langsung adaptasi cuaca terhadap tanaman.
Sementara itu, Asisten perekonomian dan pembangunan Nanda Cahyadi Pribadi mengungkapkan SLI menjadi kegiatan literasi dan solusi untuk meningkatkan SDM para petani di Kabupaten Magelang. Mengingat adanya perubahan iklim juga berperngaruh terhadap jadwal panen dan jangka penanaman serta ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap sektor pertanian komoditas buah buahan.
Namun demikian, Nanda berharap SLI di Kabupaten Magelang ini akan berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan para petani dan pembangunan bidang pertanian.
Karena itu, lanjutnya, pengelolaan alam yang bijaksana antisipasi dini dampak fenomena iklim serta pengetahuan dan ketrampilan petani dalam memanfaatkan informasi iklim menjadi hal yang penting dalam kehidupan sehari hari dan umumnya petani telah memiliki kearifan lokal turun temurun mengenai cuaca.
"Perpaduan keduanya diharapkan dapat meminimalisir dampak buruk yang diakibatkan cuaca dan iklim dalam rangka meningkatkan pendapatan petani agar lebih optimal," terang Nanda.