Debat terbuka Paslon Bupati Magelang, begitulah kalimat yang terpampang di balik mimbar para calon Bupati dan wakil Bupati untuk periode 2014 - 2019 yang juga disiarkan secara langsung oleh TA-TV dan beberapa radio di Kabupaten Magelang itu dinilai hambar dan dirasa tidak memenuhi harapan rakyat. Itulah kata - kata yang terucap dari beberapa tokoh dan warga masyarakat yang sempat ditanyai tanggapannya oleh penulis.
“Tidak sesuai namanya “Debat Terbuka Paslon” karena hanya berisi Tanya jawab antara panelis dengan keenam pasangan calon,” kata Pak Hendra (55 tahun), warga perum Kalinegoro Mertoyudan. Bahkan sembari guyonan Pak Hendra yang bekerja di salah satu BUMN tersebut mengatakan; “yang menarik hanya debat antara panelis, Prof.Dr.Ir Budi Santoso Wignyosukarto Dp,HE dengan salah satu calon Bupati tentang perbedaan artikata ketahanan pangan dengan kedaulatan pangan yang menuai sorak para pendukung dan undangan.
Memang ketiga orang panelis yang terdiri dari; Drs Ali Mufiz MPA (mantan Gubernur Jawa Tengah), Fitriyah (mantan ketua KPU Jawa Tengah), dan wakil Rektor UGM Prof.Dr.Ir Budi Santoso Wignyosukarto Dp,HE, sempat mencecar dengan pertanyaan-pertanyaan yang cukup tajam, kepada keenam Paslon, yakni; pasangan Susilo – Mujadin yang diusung (PAN, PPP), Rohadi – Achadi (Golkar, PKB), Handoko – Eko Purnomo (Independen), Zaenal Arifin S.IP - Zaenal Arifin SH (PDI.P), Ahmad Majidun - Sad Priyo (Demokrat, Hanura, PBB, PPRN) dan M Arwan – Haiban Hadjid (Gerindra, PKNU), namun hal itu tidak membuat rakyat merasa puas. Sebab namanya saja debat, ya mestinya para calon tersebut tidak hanya menegaskan kembali visi, misi dan program kerjanya, tetapi juga mempertahankan argument dan mampu memberikan alasan yang relavan, masuk akal dan sesuai dengan situasi, kondisi dan potensi yang dimiliki daerah Kabupaten Magelang.
Bahkan diantara pendukung dari salah satu Paslon yang hadir mengungkapkan, Debat kandidat calon Bupati kok rasanya seperti ujian pendadaran mahasiswa menjelang wisuda ditempat yang mewah. Hal tersebut mengundang komenetar dari berbagai pihak, bahkan ada yang sempat menyatakan kecurigaannya kalau hal itu memang sengaja disetting. Penulis justru merasa kasihan kepada KPU dan terutama Paslon yang menjadi sasaran kecurigaan jika hal itu memang bukan karena rekayasa.
Kegiatan jika tidak dikemas dengan baik dan jelas apalagi itu berkaitan dengan agenda politik tentu akan menjadi sasaran empuk serangan pihak-pihak yang cerdas dan tega memanfaatkan situasi tersebut untuk kepentingan politiknya. Memang harus diakui bila kemasan debat kandidiat yang disuguhkan dengan acara ‘Debat Terbuka Paslon Bupati Wakil Bupati Magelang 2014-2019’ di Hotel berbintang (Aerowisata Grand Artoz) itu terkesan kurang matang persiapannya.
Pertama, masalah soud system yang kurang bagus, karena kalah dengan suara para pendukung Paslon yg hadir, terlebih ketika para calon bupati saat menjawab pertanyaan panelis, dan mendapat sorakan dari pendukung yang hadir. Kedua, Presenternya yang terkesan loyo, kurang bersemangat dan tidak mampu menguasai suasana acara yang dihantarkannya. Semangat hanya pada saat mengucapkan kalimat; "setelah yang satu ini......." Ketiga, Hal tersebut diatas jelas berpengaruh pada kemasan acara, terasa kaku. Sehingga acara tersebut seperti bukan acara debat kandidat atau "debat terbuka" tetapi terlihat seperti acara Tanya jawab antara guru dengan siswanya. Yang paling sukses adalah gelar pengamanannya, sehingga acara bisa berjalan lancar dalam situasi kondusif.
Bahkan dari beberapa Paslon sempat memberikan komentar miring, seperti misalnya; Handoko, Cabup nomor 3 dari Paslon Independen mengatakan: “Mestinya debat ini tidak hanya berisi Tanya jawab, harusnya antar kandidat atau Panlon bisa mengadu konsep dan mempertahankan program pembangunan. Kami kurang puas, kayak ujian masuk sekolah saja," katanya setelah acara ditutup.
Demikian juga Cabup nomor 6, M.Arwan yang diusung Partai Gerindra dan PKNU, melihat acara debat kandidiat ini tidak memberi kesempatan kepada Paslon untuk mengungkapkan gagasan dan program-programnya. “Semuanya tertuju pada arahan panelis sehingga kurang kreatif. Sehingga kami yang punya program memberikan insentif kepada guru mengaji dan siap mengembalikan gaji 100 hari pertama untuk para guru mengaji, tidak bisa disampaikan secara maksimal,” kata Arwan yang juga mengaku sebagai pemborong itu.
Kekecewaan juga disampaikan Ahmad Majidun, cabup nomor 5 dari Paslon Maspri. Menurutnya debat kandidat harusnya bisa memberikan pandangan lebih mendalam kepada masyarakat terhadap langkah-langkah para calon bupati kedepan. “Tujuan Debat Terbuka Paslon ini kan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengenal lebih dekat pengetahuan, kemampuan dan program calon Bupati . Ini seperti interview panelis kepada Paslon. Akan lebih menarik jika ada sesi interaksi dan tanyajawab antar Pasangan calon sehingga unsure debatnya terpenuhi,” jelas cabup yang diusung Partai Demikrat, Hanura, PBB dan PPRN.
Begitu juga Suwarso, salah satu tim sukses pasangan Rohmad Nomor 2 (Rohadi Pratoto dengan Achmadi), merasakan waktu yang disediakan KPU untuk acara debat terbuka Paslon terlalu singkat, sehingga debat tidak maksimal. Seharusnya panitia menyediakan kesempatan antara kandidat untuk saling bertanya dan saling adu program seperti Debat Kandidat waktu Pemilihan Gubernur Jawa Tengah lalu.
Memang pertanyaan pertanyaan panelis kepada paslon hanya bersifat satu arah, sehingga debat terkesan hanya seperti pemaparan visi, misi dan program Paslon, tidak membuka kesempatan untuk para calon saling bertanya dan beradu konsep.
Hal itu ditepis oleh Ketua KPU Kabupaten Magelang Ma'mun Rahmatullah, menyatakan jika sistem pelaksanaan debat yang digelar tersebut sesuai dengan kesepakatan antara KPU dengan masing masing calon. Pihaknya juga membantah jika debat sengaja direkayasa. "Seluruh tahapan, jadwal, menit per menit, sudah kita sampaikan ke paslon dan disetujui. Jika ada pendukung yang tidak puas biarlah paslon masing-masing yang menjelaskan," ujar Ma'mun. Tidak adanya kesempatan tanya jawab antar Pasangan calon, menurut Ma'mun, hal itu pun merupakan bagian dari kesepakatan, disamping karena keterbatasan durasi yang tentukan TA-TV yang menyiarkan acara itu.
Demikian pula Yasir Arofat,SE, yang juga komisioner KPU yang membidangi devisi sosialisasi mengatakan; “memang untuk acara ini sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya dan disepakati oleh para pasangan calon bupati dan wakil bupati, andai ada kekurang itu wajar, yang jelas semua itu tidak kami sengaja. Kita sangat bersyukur, karena acara ini bisa berjalan dengan lancar dan aman. Sedangkan untuk pelasanaan HPS (hari pemungutan suara) semua logistik dan dokumen seudah siap sedia tinggal mendistribusikan ke TPS TPS nanti pada saatnya. Demikian juga dengan pengamanan pada hari pelaksanaan dan penghitungan suara hingga penetapan hasil dan nanti pelantikan sudah terkondisi dengan baik. Mudah mudahan agenda Pemilu Pemilu Bupati Magelang bisa berjalan dengan lancar dan sukses tanpa ekses. Semoga dengan dukungan do’a warga masyarakat Kabupaten Magelang semuanya nanti akan terpilih Bupati yang benar benar menjadi pilihan rakyat dan bisa menjadi pengayom masyarakat seluruhnya.
Menurut Sihabidin, Camat Windusari yang juga menghadiri undangan acara debat terbuka tersebut besasama para koleganya memberikan komentar. acara Debat Terbuka Paslon Bupati Wakil Bupati Magelang cukup bagus. Cukup relevan visi misi dan program kerja para calon Bupati yang ditanyakan oleh para pakar. Tetapi sayang para pendukung yang kurang bisa mengendalikan emosinya sehingga suasana menjadi kurang tertib. “Pada waktu para calon memberikan statemen atau menyampaikan visi misi sering ditimpali dengan kata-kata yang kurang sopan maupun yel-yel yang mengganggu, sehingga mengaburkan,” jelasnya.
Sedangkan menurut Kasatpol PP Kab Magelang, Sujarno, S.Sos, merasakan suasana dalam Debat Paslon benar-benar terasa suasana persaudaraan baik antar Paslon maupun antara Paslon dengan panelis. Mudah mudahan nanti siapa yang jadi dan yang tidak menjadi ikut mendukung. Kami menghimbau kepada masyarakat Kab Magelang, agar ikut mendukung suasana kondusifitas Kabupaten Magelang agar pelaksanaan Pilkada Kab Magelang bisa berjalan dengan lancar hingga nanti saat pelantikan Bupati dan Wakil Bupati.
Kakan Kebangpol Karya Humanita, menanggapi acara Debat Paslon Bupati Wakil Bupati magelang yang digelar KPUD Kab Magelang, pihaknya melihat kedewasaan para Paslon. Menurutnya mereka (para Paslon) telah memiliki keberanian untuk menyatakan cara pandang dan keinginan keinginan untuk memajukan Magelang. Memang di panggung tadi mereka terlihat sangat rukun, “nah disitulah yang kita harapkan, menurut saya, pesta demokrasi itu bukan tujuan tetapi hanya satu sarana untuk menentukan siapa yang terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati periode mendatang. Kalau dalam debat terbuka paslon ini para calon bisa menunjukan program programnya melalui visi – misi tentu nanti masyarakat akan dapat memilih sesuai penilaian masing masing,” katanya.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat yang sangat terkenal adalah Debat Lincoln dan Douglas (AS). Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain. Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan. Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Jadi perlu ada atau tidaknya debat kandidat dalam setiap proses Pemilu Kepala Daerah, atau Presiden di Indonesia diserahkan saja pada kehendak rakyat (pemilih).*)mahendra-de