PONPES AL HIDAYAH
Kedunglumpang, Salaman, Kabupaten Magelang
Pondok Pesantren Putri Al-Hidayat terletak di dusun Kedunglumpang, Salaman Magelang yang terletak 500 meter dari jalan raya yang menghubungkan kabupaten Magelang dan Purworejo. Pesantren ini didirikan oleh Abah KH. Ahmad Lazim Zaini danIbu Nyai Hj. Sinthok Nabilah Asrori (putri Pertama dari KH. Asrori Wonosari Tempuran Magelang) pada tahun 1986. Awalnya, pesantren ini bermula dari kegiatan Pesantren Kilat Ramadhan yang diselenggarakan oleh Fatayat NU Kab. Magelang yang berawal dari gagasan Bu Nyai Hj. Sinthok yang saat itu menjadi Ketua Pimpinan Anak Cabang Fatayat NU
Pesantren yang diawali dari bangunan ndalem (rumah tinggal pasangan Abah Lazim dan Bu Nyai Shintok) itu berkembang pesat. Fasilitas bangunan bermula dari bambu itu kini telah menjadi bangunan permanen yang terdiri dari beberapa lokal dengan fungsi yang berbeda-beda. Para santri yang mondok di pesantren ini juga berasal dari berbagai tempat. Baik di sekitar wilayah Magelang dan karesidenan Kedu (Purworejo, Kebumen, Temanggung dan Wonosobo), namun juga berasal dari luar Jawa, seperti dari pulau Sumatera (Riau dan Lampung) serta Kalimantan. Para santri pun berasal dari beragam usia maupun jenjang pendidikan. Santri dimulai dari Balita (Bawah Lima Tahun) hingga usia lanjut, yang mulai mengenyam jenjang pendidikan TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) hingga yang menjalani pendidikan Doktor. Keragaman asal wilayah dan jenjang pendidikan tersebut mendorong pengasuh membagi santri dalam berbagai kategori program pembelajaran (kelas) dan materi yang diajarkan.
Visi Pondok Pesantren Putri Al-Hidayat adalah “mencetak generasi unggul, beriman, bertakwa, qurani, berakhlakul karimah, kreatif, berdedikasi tinggi, berhaluan Ahlussunnah wal Jama`ah yang memiliki kemampuan untuk menghadapi perubahan zaman. “ Melalui visi tersebut, pesantren Al-Hidayat mendorong dan membekali para santri dengan wawasan dan bekal ilmu pengetahuan ilmu agama pengetahuan agama dan umum yang seimbang.
Pesantren Al-Hidayat membumikan Visi tersebut melalui Misi yang sejalan dan mengarah pada Visi Pesantren. Adapun Misi yang ditetapkan yaitu 1) Mencetak Santri Penghafal al-Qur`an (Hafidzah), 2) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran Al-Qur`an dan Kitab-kitab Kuning serta Ahlussunnah wal Jama`ah 3)Menjaga dan mengembangkan nilai etika dilingkungan pesantren dan masyarakat, 4)Melaksanakan pengembangan ilmu pendidikan agama Islam yang relevan dengan kebutuhan masyarakat 5)Melaksanakan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat dengan pola pemberdayaan yang berkelanjutan 6)Melaksanakan pengembangan pendidikan umum yang berbasis teknologi
Pesantren ini memang hadir dengan konsep pembelajaran klasiknya yang mengutamakan pembelajaran madrasah, bandongan, sorogan, musyawarah, hifzhul qur’an, mempelajari Alquran bi al-nazhar, dan kelas anak-anak. Oleh karenanya, pendidikan formal para santri kebanyakan diperoleh dari berbagai sekolah di sekitar pesantren yaitu di SD. Salaman 4, MTs dan MA Diponegoro, Menoreh, Salaman, SMP Negeri 1 Salaman, SMK Satya Pratama, dan SMK Maarif Sultan Agung Salaman. Mereka yang tidak memilih untuk mengikuti salah satu pendidikan formal tersebut disediakan program Kejar Paket C yang diselenggarakan oleh pesantren. Namun, jangan tanyakan soal kegiatan ekstra kurikuler. Beragam kegiatan bisa diikuti dan menjadi pilihan. Seperti latihan berpidato (khithabah), berbagai kegiatan ketrampilan seperti menjahit, memasak, dan merias pengantin, kerajinan tangan, seni baca Alquran
Sehari-hari, para santri melakukan Kajian Alquran dengan beragam kitab seperti Tajwid Al-Qur`an, Tuhfatul Athfal, Tafsir al-Ibriz, Risalah al-Qurro` wal Hufadz, dan Fatkhul Manan. Sementara dalam bidang Ilmu Hadis, mereka mempelajari Kitab Arbain Nawawi, Al-Adzkar, dan Bulugh al- Maram. Di bidang Ilmu Fiqh mereka mempelajari Kitab seperti Safinatun Najah, Sulam Taufiq, Fathul Qorib, Mabadi`ul Fiqhiyah, Mabadi`ul Awaliyah, Ushul Fiqh, dan Risalatul Mahiedh. Di bidang Bahasa Arab mereka mengkaji Kitab seperti Jurumiyah, Imrithi, dan Alfiyyah. Dalam bidang Aqidah Akhlaq, para santri mendapatkan pelajaran melalui pembahasan kitab Al-Akhlak li al-Banat, Ta`limul Muta`alim, Uqud al-Lujjayn, Adab al-Mu`asyaroh, dan Kitab an- Nikah. Di samping beragam kitab tersebut, mereka juga mempelajari nilai-nilai ke-NU-an seperti pemahaman soal Ahlussunnah wal Jama’ah
Pesantren inijuga giat menggagas seperti Balai Latihan Kerja (BLK), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Kantor Kemenag Kabupaten Magelang, Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai kesamaan visi dan misi. Beragam kegiatan bekerjasama dengan LSM dilakukan melalui diskusi dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas santri baik dalam wawasan gender, mengenai soal administrasi dan ketrampilan berorganisasi.
Tidak jarang pesantren ini dijadikan sebagai tempat membahas kajian yang menyangkut kajian kebijakan pemerintah. Pesantren ini juga sering diminta oleh Kantor Kemenag Kabupaten Magelang mewakili berbagai lomba termasuk lomba pesantren yang sadar lingkungan. Pesantren Putri Al-Hidayat juga menarik perhatian para peneliti seperti Nelly van Door Harden dari Belanda yang pernah berkunjung ke pesantren ini. Pengasuh Pesantren mempunyai cita-cita bahwa para santri yang notabene perempuan apabila sudah kembali ke masyarakat selain mempunyai manfaat bagi orang lain
Pengasuh tidak hanya memotivasi dan melakukan ikhtiar pendukung seperti sarana dan prasarana saja, tetapi mengajari santri dengan teladan. Hal tersebut dapat dilihat pada relasi antara pengasuh Bapak KH. Ahmad Lazim zaini dan Ibu Nyai Hajjah Shintok Nabilah. Dalam kehidupan sehari-hari Abah dan Umi (panggilan untuk pengasuh) saling mensupport, misalnya ketika ibu Nyai mengisi pengajian Majelis Ta`lim di luar pesantren, maka bapak Kyai yang menghandle kegiatan di dalam pesantren. Uniknya lagi masyarakat lebih banyak mengenal dengan bu Nyai Hj. Shintok Nabilah dari pada Abah Lazim Zaini. Hal ini terjadi karena interaksi Bu Shintok dengan masyarakat lebih intens dibandingkan Abah. Namun keduanya terkenal sebagai Bapak Kyai dan Ibu Nya yang low profile dimata masyarakat yang kharisma keduanya terbangun lewat kesederhanaan dan kebersahajaan sikap dan perilaku sehari-hari.
Bila dihitung, banyak sekali majelis taklim yang berkegiatan di sekitar PP. Al Hidayat Salaman Magelang ini, yang melibatkan Bu Nyai Sinthok maupun para pengasuh pesantren lainnya. Pengajian Ahad Pagi, Selasa Kliwon, Ahad Pon, maupun masih banyak lagi yang melibatkan keluarga besar, ibu-ibu maupun maupun kaum sepuh (lansia) yang mesti diladeni. Namun, hal itu menjadi kepedulian pesantren Al Hidayat yang dikenal sebagai pesantren gender untuk mendorong para santri maupun majelis taklim yang dibinanya untuk mengembangkan ketrampilan berorganisasi, seperti mengikuti Fatayat atau Muslimat, organisasi perempuan yang termasyhur di kalangan kaum Nahdhiyyin. Tak heran bila Ketua NU MWC (Majelis Wakil Cabang) Salaman sempat melontarkan komentar “Kerangkanya NU tetapi nyawanya Al-Hidayat”. Demikianlah profil PP. Al Hidayat Kedunglumpang, Salaman,Magelang.