BERITAMAGELANG.ID - Sebanyak 286 pengungsi dari Dusun Babadan I Kecamatan Dukun yang menempati Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Balai Desa Banyurojo Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang, pulang ke rumahnya masing-masing. Mereka beralasan akan memulihkan ekonomi setelah 38 hari berada di tempat pengungsian.
"Kami juga ingin bersih-bersih rumah dan bertani atau beternak kembali," kata Wahyudi, Wakil Koordinator Pengungsi Babadan I, saat menyiapkan pengungsi utuk pulang, Senin (14/12/2020).
Wahyudi mengatakan, warga sangat memahami kondisi Merapi saat ini yang memasuki level III atau Siaga. Oleh karena itu, warga juga bersedia untuk mengungsi di tempat yang sudah disediakan oleh pemerintah.
"Namun dengan ini kami memohon izin untuk pulang sementara karena kami ingin memulihkan ekonomi dulu, karena selama di sini ekonomi warga menjadi lumpuh," ungkapnya.
Selama pulang, warga akan kembali ke ladang untuk bertani kembali. Selain itu juga beternak dan juga bersih-bersih rumah yang sudah kotor selama ditinggal.
"Namun kita berjanji akan kembali lagi apabila memang ada instruksi dari pemerintah agar kita mengungsi lagi," ujarnya.
Kepulangan mereka atas inisiatif warga, sehingga mereka membuat surat pernyataan di atas materai. Surat pernyataan itu ditandatangani tujuh ketua RT di Dusun Babadan I.
Warga pulang di saat hujan gerimis sedang turun. Mereka diangkut dengan menggunakan 20 kendaraan yang diusahakan sendiri. Bahkan ada juga yang diangkut menggunakan mobil ambulans. Beberapa diantaranya pulang menggunakan sepeda motor.
Wahyudi menambahkan, semenjak mengungsi warga tidak lagi mengurusi ladang pertanian ataupun peternakan. Meski yang mengungsi adalah kelompok rentan, wanita, lansia, anak-anak dan warga sakit, warga yang sehat tetap ikut mengungsi untuk mendampingi mereka.
"Seperti saya, yang harus menunggu istri dan anak-anak saya yang masih kecil," ujarnya.
Kepala Desa Banyorojo Ikhsan Maksum mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan ke BPBD terkait dengan rencana kepulangan ini.
"Kalau kita tidak dalam kapasitas menjelaskan kondisi Gunung Merapi seperti apa. Kita pemerintah Desa Banyurojo tidak memahami sejauh itu. Yang lebih paham mereka sendiri karena setiap hari di sana. Tapi karena ini keinginan mereka sendiri, ya kita bisa berbuat apa. Kita tidak 'nggondeli' (menghalangi)," ujarnya.
Sebenarnya warga sudah ingin pulang sejak 30 November bersamaan dengan berakhirnya masa tanggap darurat. Namun karena diperpanjang sampai 14 Desember, warga kemudian mengurungkan untuk pulang.
"Waktu itu juga ada pak Kalak BPBD yang memberikan pengertian dan saat itu warga mau mengerti," ungkapnya.
Kepada warga pengungsi, Maksum menyampaikan, kepulangan pengungsi ke rumahnya masing-masing sifatnya hanya sementara.
"Bila ada peningkatan aktivitas gunung Merapi, dan mereka diperintah untuk mengungsi, maka kami siap menerima kembali," tegasnya.
Untuk fasilitas pengungsi seperti bilik, logistik yang awet masih akan disimpan di lokasi pengungsian.
Menyikapi kepulangan para pengungsi, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto menyampaikan, penanganan bencana butuh kerja sama antar semua pihak. Kerja sama antara pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, media massa dan masyarakat.
"Dalam hal ini pemerintah sudah menjelaskan dan menyampaikan informasi penting tentang kondisi Merapi saat ini. Kemudian fasilitasi pengungsian juga sudah dilakukan. Namun pada perkembangannya karena berbagai keadaan, akhirnya masyarakat meminta pulang dengan terlebih dahulu membuat surat pernyataan," kata Edy.
Edy mengatakan, memang tidak ada yang bisa memastikan kapan Merapi akan meletus .
"Sekali lagi kita tidak bisa bersikap fatalistik melarang atau membolehkan mereka pulang. Tapi upaya telah dilakukan bersama BPPTKG Yogyakarta untuk meyakinkan bahwa pilihan terbaik saat ini adalah berada di pengungsian bagi kelompok rentan," tegasnya.
Desa Banyurojo menampung sebanyak 286 pengungsi dari Dusun Babadan I Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Mereka sudah mengungsi sejak 6 November 2020 saat Merapi naik status ke level III Siaga.