BERITAMAGELANG.ID - Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan mengoptimalkan pelayanan kepada pengungsi agar betah dan tidak pulang ke desa asalnya. Upaya ini terkait perpanjangan masa tanggap darurat Gunung Merapi hingga 14 Desember 2020.
âAgar warga bertahan dan betah, kami melayani seperti keluarga sendiri. Serta pengelolaan sudah sepenuhnya dikelola mereka (warga pengungsi), baik kebersihan tempat pengungsian, dapur umum dan lain-lain, sehingga sudah dianggap sebagai rumah sendiri," ucap Sekretaris Desa Banyurojo, Agus Firmansah, Sabtu (12/12/2020).
Sebelumnya, TEA Desa Banyurojo menghentikan segala jenis kegiatan khususnya oleh penyelenggara dari luar, termasuk trauma healing. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang akhir-akhir ini meningkat.
"Sebagai solusinya untuk hiburan bagi warga pengungsi, kami adakan kegiatan yang diisi oleh warga kami sendiri, yang dapat dipastikan aman dari Covid-19. Seperti yang telah dilaksanakan pada hari Minggu kemarin ada semacam kegiatan hiburan bagi anak-anak dan orang tua, yaitu odong-odong dan mandi bola. Rencana hal itu akan rutin digelar setiap hari Minggu," ujar Agus.
Meskipun ditopang oleh BPBD Kabupaten Magelang terkait kebutuhan pengungsi, bantuan dari pihak luar (CSR) masih berjalan dengan sistem satu pintu selalu tercatat.
âSehingga bisa dikatakan saat ini bantuan melimpah. Hal itu juga menjadi salah satu faktor pengungsi betah di sini. Ibaratnya makan di tempat pengungsian lebih layak dibanding yang di rumah,â terang Agus.
Gedung TEA Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, menampung pengungsi dari Desa Paten, yaitu terdiri dari Dusun Babadan 1 (286 Jiwa) di Gedung TEA Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan.
"Jumlah warga pengungsi masih utuh dan belum pulang ke desanya selama mengungsi di sini,â ungkapnya.