BERITAMAGELANG.ID - Memasuki bulan suci Ramadan, pembentukan Badan Hisab Rukyah Kabupaten Magelang merupakan forum yang sangat penting untuk memberikan pemahaman dalam menentukan tanggal awal Ramadan melalui metode syariat islam.
Demikian disampaikan Bupati diwakili Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Magelang, Nanda Cahyadi Pribadi saat membuka kegiatan Rapat Koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Magelang di Pendopo Soepardi Setda Kabupaten Magelang, Kamis (9/3).
Nanda mengucapkan terima kasih kepada MUI Kabupaten Magelang beserta jajaran, yang telah menyelenggarakan kegiatan ini dengan melibatkan ormas islam seperti NU dan Muhammadiyah serta Dewan Masjid.
"Semoga rapat koordinasi ini bisa terbentuk Badan Hisab Rukyah Kabupaten Magelang yang mampu menghasilkan kesepakatan bersama guna menentukan awal Ramadhan sebagai pedoman untuk menjalankan ibadah puasa," ucap Nanda.
Menurutnya, metode hisab maupun rukyat merupakan sebuah cara untuk menentukan awal bulan Ramadan yang mana kedua metode itu tidak dapat diabaikan karena semuanya saling mendukung. Melalui rapat koordinasi ini ada beberapa hal yang disampaikan, diantaranya, hisab dan rukyat adalah dua hal yang sangat penting dalam pelaksanaan ibadah yang diajarkan Islam berkaitan dengan hasil penggunaan pemikiran matematis dan teori probabilitas yang didukung oleh akurasi data dan sikap umat Islam dalam penentuan pelaksanaan ibadah.
"Perbedaan metode harus dipandang secara objektif yang dilandasi upaya saling menghargai dan saling mengisi," tuturnya.
Ia berpesan agar ormas islam seperti NU dan Muhammadiyah agar ikut berpartisipasi aktif melalui pemikiran dan tindakan yang konstruktif dalam upaya memberikan kenyamanan umat Islam dalam menjalankan ibadah.
Ketua MUI Kabupaten Magelang, KH. Chamami menyampaikan, menjelang Ramadan biasanya di masyarakat sering terjadi perbedaan hari untuk mengawali Ramadan, dan kerap kali menjadi masalah. Maka melalui kegiatan ini diharapkan apabila terjadi perbedaan tanggal/hari awal Ramadan tidak perlu dibesar-besarkan.
"Dengan kegiatan ini, diharapkan para Kyai, para Alim bisa menjelaskan kepada jama'ah dan masyarakat bahwa perbedaan ini adalah rahmat dan harus bisa disadari oleh masyarakat, belum lagi nanti akan ada perbedaan lagi dalam pelaksanaan tarawih, sehingga hal ini harus bisa kita reda," kata KH. Chamami.